Jumat, 26 September 2008

S Y U K U R

Salah seorang sejawat berkata bahwa sering ia mendengar orang mengucap Alhamdulillah, ia tahu itu sebagai rasa syukur. Lantas ia bertanya apakah syukur itu cukup hanya dengan mengucapkan “Alhamdulillah” saja ?

Pertanyaan di atas memang hal yang perlu dicarikan jawabannya

Dari beberapa tulisan dapat disimpulkan bahwa syukur adalah rasa terima kasih yang ditujukan kepada Yang Maha Kuasa. Ada yang mengimplementasikannya dengan mengucap “ Alhamdulillah”, ada yang mengucap “ subhanallah, walhandulillahi wa laailaha illallahu allahu akbar, ada yang mengucapnya sambil bersujud, dan lain sebagainya.

Tidaklah salah, kalau kita mengungkapkan rasa syukur dengan mengucap “ Alhamdulillah”, namun akan lebih bernilai kalau kita dapat mengkaji untuk memahami substansi dari apa yang terdapat dalam kalimah tersebut.

Alhamdulillah diartikan segala puji bagi Allah, segala berarti bukan sebahagian tetapi seluruhnya. Jadi seluruh puji itu hanya untuk Allah, Puji itu Hak Allah, bukan hak selain Allah. Itu sebabnya kalau kita dipuji karena misalnya pekerjaan kita bagus atau karena apa saja, biasanya mengucap Alhamdulillah, maksudnya adalah kita tidak punya hak untuk dipuji, yang hak untuk dipuji adalah Allah, itu sebabnya puji itu kita sampaikan kembali kepada Allah, dengan mengucap Alhamdulillah.

Apa sajakah yang harus kita syukuri ?. Tentunya banyak sekali bahkan tidak dapat dihitung karena saking banyaknya ( QS. Al Kautsar ). Namun dari yang terkandung dalam al Qur’an yang wajib kita syukuri diantaranya adalah : Air sebagai sumber kehidupan , Udara untuk kita bernafas, Tanah sebagai tempat berpijak dan Matahari sebagai sumber energi. Kita tanyakan pada diri kita sendiri apakah kita pernah secara khusus mensyukuri keberadaan unsur tersebut ?

Selanjutnya rasa syukur itu kita sampaikan untuk keberadaan Jasmani dan Rohani kita, lalu pancaindera, tangan dan kaki, 2 mata dan 2 telinga, Hidung, mulut selanjutnya ada bulu, ada daging, ada kuku, ada kulit , ada otot, ada lamad, sumsum, ada tulang dan lain sebagainya. Bagaimana kita mensyukuri itu semua ? dapatkah kita mensyukuri itu semua ? bukankah itu adalah hal yang wajib kita lakukan ? bagaimana caranya ?

Allah tidak pernah membebani makhluknya . Segala kewajiban dan aturan dibebankan kepada makhluk menurut kemampuan makhluk. Demikian pula dalam hal bersyukur kepadaNya. Dari sekian banyak yang wajib disyukuri, dapat diimplementasikan dalam satu pekerjaan yaitu dengan ibadah Shalat, karena dalam shalat di dalamnya terkandung makna yang dalam, dan termasuk di dalamnya hal ”mensyukuri”.

Dalam Islam dikenal ada istilah Sariat, Tarikat, Hakikat dan Ma’rifat yang merupakan suatu sistem, satu dan lainnya saling berhubungan, tidak dapat dipisahkan. Shalat dalam syariat Islam Wajib hukumnya. Dalam ilmu syariat ada yang disebut rukun salat, ritual/gerakan shalat, bacaan shalat dan lain sebagainya. Dalam tarikat dikaji lebih mendalam lagi makna hakiki dari setiap hal dalam shalat. Gerakan berdiri, duduk, ruku dan sujud dalam shalat dimaknai dengan silaturahmi dengan 4 anasir makhluk ; Api, tanah, angin, air, artinya wujud implemantasi syukur kita terhadap 4 anasir tersebut adalah ada dalam posisi shalat. Dalam rukun shalat ada ketentuan shalat subuh 2 rakaat, di dalamnya ada manifestasi syukur untuk jasmani dan rohani. Dalam shalat dhuhur yang 4 rakaat ada manifestasi syukur terhadap 2 tangan dan 2 kaki. Dalan shalat Ashar ada 4 rakaat yang mengandung manifestasi...........( untuk ashar dipending dulu ). Dalam shalat maghrib terkandung manifestasi rasa syukur terhadap hidung (2 lubang ) dan mulut, dan dalam shalat Isya yang 4 rakaat terkandung manifestasi dari syukur terhadap 2 mata dan 2 telinga.

Nah sejawab, ternyata shalat itu demikian pentingnya dan mendalam maknanya. Itu sebabnya Allah mewajibkannya. Bahkan dari suatu sumber ada dikatakan bahwa kelima shalat itu disimbulkan dengan huruf Dzal, Alif, lam,Mim,dan ha yang terangkai menjadi ”Alhamdu”. Bila itu kita pahami dan yakini kebenarannya, mengandung konsekuensi bila 1 shalat saja tidak dilaksanakan, dengan kata lain bahwa 1 shalat saja tertinggal maka tidak menjadi ”Alhamdu” entah menjadi apa.

Dari semua yang diuraikan di atas jelaslah kedudukan shalat itu, disamping sebagai komunikasi akrab makhluk dengan khaliq, sekaligus sebagai rasa syukur kita sebagai makhluk kepada Allah sebagai khaliq.

Bagaimana kalau tidak shalat ? Konon orang yang sombong itu adalah orang yang tidak shalat. Benarkah demikian ?

Hak Allah adalah kewajiban makhluk. Shalat adalah kewajiban makhluk. Kalau kita sebagai makluk tidak shalat boleh jadi jadi sebenarnya kita ingin jadi Tuhan. Persis seperti orang yang tak mau berzakat, ya harus mau menerima zakat orang lain.

Tidak ada komentar: