Kamis, 09 Oktober 2008

Pengurus GARDA eLHa

Susunan Pengurus
" GARDA eLHa "

Ketua : Gagan Kresnadjaja
Sekretaris : Ali Raasich
Bendahara : Acip Cipta Gumilar, SE.,M.Si.
Sekretariat: Ramlan, Doddy Sapardimulya

Koordinator Wilayah

Soreang : Ir. Sulaeman Supriadi
Margahayu : Drs. Gingin Ginanjar
Cijerah : D. Satari, SE
Ujungberung : Drs. Chaeruddin
Cileunyi : Sergio
Ciwidey : M. Wahyuninggus, SH
Buahbatu : A. Sudrajat
Margacinta : Teti Ruchyati
Cicendo : Erwin Husaini
Gegerkalong : Yusuf Zaidi
Katapang : Lutfi Nurhaiban
Sumedang : Y. Sumaryana
Cicalengka : Hegar Gumilar
Garut : A. Iskandar Zulkarbaen, S.Pd.
Tasikmalaya : Asep Ramlan

Rabu, 08 Oktober 2008

KONSEP LINGKUNGAN HIDUP ALA GARDA eLHa

KONSEP LINGKUNGAN HIDUP ALA GARDA eLHa
PENGANTAR


Isu lingkungan menurut GARDA eLHa akan selalu menjadi isu dinamis. Bahkan akan menjadi tolok ukur kemajuan suatu negara. Suatu negara akan terlihat kemajuannya dari pengelolaannya terhadap lingkungan. Semakin baik suatu negara dalam mengelola lingkungan, makin baik pula kemajuan negara tersebut. Adalah fakta bahwa masalah lingkungan merupakan masalah yang sangat potensial untuk mendorong terciptanya beragam interaksi, baik yang bersifat kooperatif maupun konflik.

Pengelolaan lingkungan hidup tidak saja bergantung pada wawasan luas para pengelolanya dalam hal lingkungan hidup artinya pemahaman tentang lingkungan hidup harus benar-benar mengakar dan menyeluruh ( dari hulu sampai ke hilir ) pada diri pengelolanya. Bagi GARDA eLHa pengelolaan lingkungan semisal mengelola sampah, limbah, lingkungan yang asri dan lain sebagainya hanyalah bentuk implementasi paling akhir ( hilir ), namun ada yang lebih prinsipil daripada itu adalah bahwa lingkungan hidup dimaknai sebagai apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan ( sebagai hulu ) dan respon positif dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan tersebut itulah yang diartikan sebagai kepedulian terhadap lingkungan hidup. ( bersambung)

Visi GARDA ELHa

.

Visi GARDA ELHa adalah mewujudkan suatu tatanan sosial, ekonomi, dan politik budaya yang adil dan demokratis berdasarkan prinsip keseimbangan yang dapat menjamin hak dan kewajiban masyarakat atas sumber-sumber kehidupan dan lingkungan hidup yang sehat.

TENTANG KAMI

Garda eLHa adalah organisasi lingkungan hidup yang independen, dan non-profit .

Pada dasarnya setiap orang yang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan hidup dapat menjadi anggota GARDA eLHa .

Saat ini indvidu yang tergabung di GARDA eLHa berjumlah 32 orang.
GARDA eLHa merupakan forum kelompok masyarakat sipil, yang didirikan pada tanggal 17 Ramadhan 1927 H. GARDA eLHa berdiri didasari oleh pemikiran, lingkungan adalah menjadi tanggungjawab bersama, sehingga peduli terhadap lingkungan merupakan suatu kewajiban.

Dalam menjalankan Visi dan Misinya, GARDA eLHa melakukan berbagai kegiatan diantaranya :
1. Mengadakan Penyuluhan lingkungan hidup
2. Memanfaatkan lahan-lahan kosong untuk dijadikan taman yang asri, dengan melibatkan warga sekitar lokasi.
3. Menyelenggarakan lomba-lomba penataan taman secara berkala.
4. Membantu masyarakat dalam pengadaan sarana kebersihan lingkungan
5. Mengelola pemisahan sampah basah/kering untuk dijadikan pupuk.
6. dan lain lain

Jumat, 26 September 2008

S Y U K U R

Salah seorang sejawat berkata bahwa sering ia mendengar orang mengucap Alhamdulillah, ia tahu itu sebagai rasa syukur. Lantas ia bertanya apakah syukur itu cukup hanya dengan mengucapkan “Alhamdulillah” saja ?

Pertanyaan di atas memang hal yang perlu dicarikan jawabannya

Dari beberapa tulisan dapat disimpulkan bahwa syukur adalah rasa terima kasih yang ditujukan kepada Yang Maha Kuasa. Ada yang mengimplementasikannya dengan mengucap “ Alhamdulillah”, ada yang mengucap “ subhanallah, walhandulillahi wa laailaha illallahu allahu akbar, ada yang mengucapnya sambil bersujud, dan lain sebagainya.

Tidaklah salah, kalau kita mengungkapkan rasa syukur dengan mengucap “ Alhamdulillah”, namun akan lebih bernilai kalau kita dapat mengkaji untuk memahami substansi dari apa yang terdapat dalam kalimah tersebut.

Alhamdulillah diartikan segala puji bagi Allah, segala berarti bukan sebahagian tetapi seluruhnya. Jadi seluruh puji itu hanya untuk Allah, Puji itu Hak Allah, bukan hak selain Allah. Itu sebabnya kalau kita dipuji karena misalnya pekerjaan kita bagus atau karena apa saja, biasanya mengucap Alhamdulillah, maksudnya adalah kita tidak punya hak untuk dipuji, yang hak untuk dipuji adalah Allah, itu sebabnya puji itu kita sampaikan kembali kepada Allah, dengan mengucap Alhamdulillah.

Apa sajakah yang harus kita syukuri ?. Tentunya banyak sekali bahkan tidak dapat dihitung karena saking banyaknya ( QS. Al Kautsar ). Namun dari yang terkandung dalam al Qur’an yang wajib kita syukuri diantaranya adalah : Air sebagai sumber kehidupan , Udara untuk kita bernafas, Tanah sebagai tempat berpijak dan Matahari sebagai sumber energi. Kita tanyakan pada diri kita sendiri apakah kita pernah secara khusus mensyukuri keberadaan unsur tersebut ?

Selanjutnya rasa syukur itu kita sampaikan untuk keberadaan Jasmani dan Rohani kita, lalu pancaindera, tangan dan kaki, 2 mata dan 2 telinga, Hidung, mulut selanjutnya ada bulu, ada daging, ada kuku, ada kulit , ada otot, ada lamad, sumsum, ada tulang dan lain sebagainya. Bagaimana kita mensyukuri itu semua ? dapatkah kita mensyukuri itu semua ? bukankah itu adalah hal yang wajib kita lakukan ? bagaimana caranya ?

Allah tidak pernah membebani makhluknya . Segala kewajiban dan aturan dibebankan kepada makhluk menurut kemampuan makhluk. Demikian pula dalam hal bersyukur kepadaNya. Dari sekian banyak yang wajib disyukuri, dapat diimplementasikan dalam satu pekerjaan yaitu dengan ibadah Shalat, karena dalam shalat di dalamnya terkandung makna yang dalam, dan termasuk di dalamnya hal ”mensyukuri”.

Dalam Islam dikenal ada istilah Sariat, Tarikat, Hakikat dan Ma’rifat yang merupakan suatu sistem, satu dan lainnya saling berhubungan, tidak dapat dipisahkan. Shalat dalam syariat Islam Wajib hukumnya. Dalam ilmu syariat ada yang disebut rukun salat, ritual/gerakan shalat, bacaan shalat dan lain sebagainya. Dalam tarikat dikaji lebih mendalam lagi makna hakiki dari setiap hal dalam shalat. Gerakan berdiri, duduk, ruku dan sujud dalam shalat dimaknai dengan silaturahmi dengan 4 anasir makhluk ; Api, tanah, angin, air, artinya wujud implemantasi syukur kita terhadap 4 anasir tersebut adalah ada dalam posisi shalat. Dalam rukun shalat ada ketentuan shalat subuh 2 rakaat, di dalamnya ada manifestasi syukur untuk jasmani dan rohani. Dalam shalat dhuhur yang 4 rakaat ada manifestasi syukur terhadap 2 tangan dan 2 kaki. Dalan shalat Ashar ada 4 rakaat yang mengandung manifestasi...........( untuk ashar dipending dulu ). Dalam shalat maghrib terkandung manifestasi rasa syukur terhadap hidung (2 lubang ) dan mulut, dan dalam shalat Isya yang 4 rakaat terkandung manifestasi dari syukur terhadap 2 mata dan 2 telinga.

Nah sejawab, ternyata shalat itu demikian pentingnya dan mendalam maknanya. Itu sebabnya Allah mewajibkannya. Bahkan dari suatu sumber ada dikatakan bahwa kelima shalat itu disimbulkan dengan huruf Dzal, Alif, lam,Mim,dan ha yang terangkai menjadi ”Alhamdu”. Bila itu kita pahami dan yakini kebenarannya, mengandung konsekuensi bila 1 shalat saja tidak dilaksanakan, dengan kata lain bahwa 1 shalat saja tertinggal maka tidak menjadi ”Alhamdu” entah menjadi apa.

Dari semua yang diuraikan di atas jelaslah kedudukan shalat itu, disamping sebagai komunikasi akrab makhluk dengan khaliq, sekaligus sebagai rasa syukur kita sebagai makhluk kepada Allah sebagai khaliq.

Bagaimana kalau tidak shalat ? Konon orang yang sombong itu adalah orang yang tidak shalat. Benarkah demikian ?

Hak Allah adalah kewajiban makhluk. Shalat adalah kewajiban makhluk. Kalau kita sebagai makluk tidak shalat boleh jadi jadi sebenarnya kita ingin jadi Tuhan. Persis seperti orang yang tak mau berzakat, ya harus mau menerima zakat orang lain.

KAJIAN SILATURAHMI

Dapatkah Silaturahmi menjadi solusi ?

Seringkali kita dihadapkan pada situasi konflik, entah diri kita sendiri yang berkonflik atau kita menengahi yang tengah berkonflik. "You cannot not to be in conflict". Mungkin ungkapan ini pas buat orang yang bekerja. Tidak ada satu orang pun yang tidak pernah terlibat dalam konflik di tempat kerja. Kalau melihat praktek hidup, konflik itu adalah konsekuensi dari komunikasi / interaksi. Karena kita selalu berkomunikasi atau berinteraksi, baik secara lisan atau non-lisan, maka salah satu konsekuensinya adalah konflik. Di level yang lebih luas dalam ruang lingkup masyarakat, tentunya potensi konflik itu lebih komplek.

Konflik memang bukan sesuatu yang membuat diri comfortable dan tentu saja setiap konflik, harus dicarikan solusinya, agar tidak menjadi konflik berkepanjangan.

Apa yang menyebabkan timbulnya konflik biasanya adalah perbedaan, entah perbedaan agama, ras, suku, kepentingan, dan lain sebagainya. Lantas bagaimana menjaga agar konflik itu tidak muncul ? Apa dengan cara menghilangkan perbedaan ? bukankah “perbedaan” adalah keyword adanya berkonflik ? Untuk menjawab hal ini mari kita kaji uraian di bawah ini .

Konon agama Islam adalah “Rahmatan lil'alamin”, rahmat bagi seluruh alam, artinya bukan hanya untuk orang Islam saja, tapi untuk seluruh alam, termasuk makhluk selain manusia. Lantas bagaimana dengan kondisi umat Islam di Indonesia ? Jangankan untuk makhluk lain, dengan sesama Islam saja kita seringkali permusuhan. Pertanyaan yang timbul adalah mengapa demikian ? , siapa yang harus disalahkan ?

Islam dengan”rahmatan lil’alamin”nya adalah suatu konsep. Konsep yang perlu dikaji secara mendalam agar tidak salah dalam pemahamannya, karena salah dalam pemahaman dapat menyebabkan salah dalam implementasi.


Bismillahirrahmanirrahim ( kita ucapkan itu dari diri kita untuk kita)
Assalamua’laikum warahmatullahi……( kita ucapkan itu dari kita untuk oranglain)
Silaturrahim ( Kita laksanakankan itu timbal balik, take & give,atas dasar kasih sayang)
Rahmatan lil’alamin ( Kondisi ideal yang tercipa dari proses diatas).

Walhasil implementasi dari konsep Islam yang Rahmatan lil’alamin itu adalah ada pada silaturahim.

Silaturrahim berasal dari kata Shilah yang berarti menghubungkan dan rahmi/rahim berarti kasih sayang. Shilaturahmi diartikan sebagai menghubungkan kasih saying yang di dalamnya sarat makna diantaranya sikap saling menghargai, tolong menolong, saling mengasihi, saling menyayangi dan lain sebagainya.

Kalau kita berasumsi bahwa silaturahmi itu ada semenjak diciptakannya Adam dan Hawa, sepertinya perlu dikali ulang dan mungkin perlu dikoreksi, sebab sangat mungkin silaturahmi itu ada jauh sebelum makhluk ada.Harus dijajajagi adanya pemahaman bahwa silaturahmi itu ada bersamaan dengan adanya dzat,sifat kemudian muncul Atsma.

Ketika” sesuatu” itu ada, dan di sekitarnya ada “ sesuatu yang lain” selain dirinya, pasti antara satu dengan yang lainnya itu terdapat berbedaan. Kita sebut sebagai “sesuatu yang lain” artinya itu sesuatu yang berbeda dengan dirinya. Ketika timbul kesadaran bahwa “dirinya” berbeda dengan yang lain, timbul fitrah keingintahuan atau ingin mengenal satu sama lain, saling mencari tahu apa dan mengapa berbeda. Terjadinya interaksi ( antar-inter) positif keduanya dimaknai sebagai silaturahmi.

Tidak setiap hubungan dapat dimaknai silaturahim. Suatu hubungan yang tidak sehat, penuh permusuhan, tidak dapat dimaknai silaturahim. Kalau rasa ingin tahu, ingin mengenal, dimaksudkan untuk mencelakai yang lain, mencari kelemahan orang lain, atau membuka aib orang lain, itu yang selanjutnya menjadi potensi konflik.

Suatu hubungan yang disebut silaturahmi, tentu saja harus terjadi dengan secara tulus. Spontan, ikhlas. Dalam keterangan disebutkan bahwa apabila hubungan itu saling ikhlas, maka turunlah rahmat Allah. Tolok ukurnya adalah manfaat, bila hubungan itu ada manfaatnya , sudah barang tentu itu pasti dari silaturahmi.